Laporan Pandangan Mata Dari Sebuah Celah Kecil
(12.22.2008)
Disini langit tak pernah cerah ataupun mendung dan matahari juga tak pernah nampak.
Orang-orang senantiasa malu menegakkan wajahnya yang tersenyum dan hanya berani mengangkat wajah bertopeng kepalsuan, melengkapi kesuraman tempat ini. Mereka tak berhasrat sebab rasio adalah segalanya, pemandu bagi gerak hidup mereka. Para pelengkap kesuraman ini sebenarnya hanyalah robot-robot fasis yang terus bergerak mengikuti irama dentuman mesin-mesin produksi. Irama pengiring gerak mereka hadir tanpa mengenal ruang dan waktu. Menciptakan harmoni rutinias kehidupan dari bangun ke tidur hingga bangun lagi. Kebosanan atas harmoni ini adalah aib yang membuat mereka yang bosan dianggap pantas untuk dihinakan dan dimusnahkan.
Memang, seolah-olah semuanya bebas bergerak, karena lorong yang menjadi jalur memang cukup luas sehingga kau dapat bergerak kekiri atau kekanan. Tapi, sebagaimana halnya lorong, ada dinding pembatas yang memang tak terlihat sebab di kepala para robot ada sebuah sensor yang akan membelokkan mereka jika ingin menabrak tembok. Karena selalu terhindar dari menabrak tembok maka merekapun tak pernah sadar akan keberadaan dinding yang merupakan batas gerak mereka.
Ditempat ini, tempat dimana kesuraman menjadi warna konstan kehidupan, para robot-robot terus mengais-ngais tanah mencari kepingan kehidupan mereka yang disangka terkubur dengan rapinya di tempat ini. Sebuah kesadaran yang dibangun dari warisan kebohongan para leluhur mereka. Mereka terus mengais-ngais sampai butiran-butiran emas keringat mereka menetes. Sementara mereka terus mengais-ngais, para bajingan ditemani anjing-anjing penjaga menghampiri mereka untuk sekedar mengumpulkan butiran-butiran emas keringat para robot-robot fasis. Secuil dari nilai keringat mereka di kembalikan guna dijadikan biaya tuk mengkonsumsi apa yang mereka produksi dan semua itu tidak lebih dari sekedar jalan agar mereka bisa berkeringat lagi. Kesuraman tempat ini sangatlah sempurna hingga teramat sangat susah membayang masa depan nan indah ditempat ini.
Disini langit tak pernah cerah ataupun mendung dan matahari juga tak pernah nampak.
Di tempat ini konsumsi adalah nyata senyata kepalsuan produksi yang dilakukan oleh para robot-robot. Mereka memproduksi sesuatu yang tak dapat mereka miliki kecuali dengan membelinya. Mereka memproduksi sesuatu yang mereka tak gunakan bahkan yang tak mereka perlukan. Guna bukan lagi nilai karena nilai adalah seberapa banyak uang yang mereka miliki dan seberapa banyak yang mereka mampu bayar untuk sebuah guna yang mereka perlukan. Keheranan akan kendali uang atas segalanya tak mampu terjelaskan atau mungkin tertutupi oleh kebohongan yang diwariskan para leluhur. Disini kau bebas untuk memilih dan bebas pula menyalurkan hasratmu yang tak terbatas, tapi seberapa banyak uang yang kau miliki ? Seberapa banyak yang mampu kau bayar ? Jangan bermimpi tentang kebebasan sebagaimana kebebasan yang sesungguhnya. Kebebasan hanya ada pada konsumsi dan berbicara, hanya konsumsi dan konsumsi, hanya bicara dan bicara.
Mungkin ini dianggap hanyalah imajinasi liar seorang pemimpi. Jika imaji diangap sebaga sebuah senjata maka anggapa itu mungkin ada benarnya tapi jika imaji sekedar sebagai imaji maka anggapan itu salah besar.
Cobalah mengintip dari celah sempit kehidupan hasil retakan peradaban. Celah itu ada di tempat-tempat sampah, di sela-sela kemiskinan hidup para pelajar, ditengah-tengah kepanikan kehidupan para pekerja, diantara rutinitas para pegawai pemerintahan, di bawah alas kaki para politikus dan sistem perpolitikannya, dilarutan muntahan sistem kenegaraan, atau ditengah-tengah keharmonisan palsu keluarga. Dari celah itu kau akan melihat semuanya. Tapi berhati-hatilah, sebab jangankan untuk mengintip dari celah itu, celah itu sendiri sebenarnya tak boleh ada atau terlihat. Atau cobalah untuk tidak tertidur, maka kau akan melihat agen-agen pengontrol para robot-robot fasis itu dan sayup-sayup kau pasti akan mendengar isak tangis entah milik siapa. Tapi, sebagaimana celah itu, terjaga pun tak boleh. Semuanya harus tertidur sebagaimana aturan yang dibuat oleh para agen pengontrol.
Buka matamu lebar-lebar, jangan biarkan dirimu terlelap, lihatlah baik-baik dari celah sempit itu.
Sekarang, apakah semua ini masih kau anggap sekedar imajinasi liar nan kosong seorang pemimpi ?